Sudah siap jadi mutiara? (Part 2)
Tiap-tiap yang bernyawa pasti merasakan
mati
Kalau kita terus-menerus mencari yang terbaik.
Mungkin,
kita tidak akan pernah selesai membanding-bandingkan. Kata guruku tidak ada
yang benar-benar terbaik, yang ada hanyalah yang bersedia untuk terus
memperbaiki dan diperbaiki. Lalu bagaimana kita bisa menentukan? Kata guruku,
dasarnya adalah kecukupan.
Manusia bisa jadi memiliki ribuan pakaian,
tapi dia hanya bisa memakainya satu. Manusia bisa jadi memiliki puluhan rumah,
tapi mungkin dia hanya akan menempati beberapa rumah saja. Kita bisa jadi bisa
memiliki banyak makanan, tapi yang dimakan mungkin hanya barang beberapa piring
saja.
Ambilah secukupnya. Karena yang cukup
itulah justru yang bisa memberikan kenyamanan. Bisa terus memberikan uang untuk
gerak dan memperbaiki diri. Pada akhirnya, kita hanya perlu merasa cukup.
“tiap-tiap yang bernyawa merasakan mati,
sesungguhnya kelak akan disempurnakan balasan kamu pada hari kiamat. Barangsiapa
yang dijauhkan dari neraka dan dimasukan ke dalam surge, berjayalah ia. Kehidupan
dunia ini tidak lebih melainkan benda tipuan. Sesungguhnya kamu akan dikenakan
percobaan pada harta bendamu dan dirimu serta kamu akan mendegar celaan yang
banyak sekali oleh orang yang diberi kitab sebelum kamu da dari orang-orang
yang mempersekutukan Allah. Akan tetapi, jika kamu bersabar dan bertakwa
sesungguhnya yang demikian termasuk perkara yang paling penting”
Aku mencoba berpegang pada prinsip bahwa yang
buruk tetap buruk, dan yang baik akan makin bersinar kebaikannya didalam jiwaku
walaupun kiri dan kanan dikepung oleh yang buruk. “walaupun 7 tahun terbenam
di dalam lumpur, intan tetap akan bersinar”
Kemudian coba kuingat bahwa kehidupan
didunia ini tidak lain hanya benda tipuan. Hidup di dunia adalah makan, dan
minum, kediaman dan pakaian, pangkat dan kebesaran, singgasana dan mahligai,
ataupun hanya dapat sesuap pagi, sesuap petang. Seringkali manusia ditipu oleh
hal-hal ini, lalu timbulah rasa tidak puas dengan yang telah ada. Kita telah
ditipunya untuk terus menambah lagi-dan menambah lagi. Padahal karena tipuan
itu, kerapkali kita lupa akan tujuan sebenarnya di kehidupan setelahnya. Bahwa kehidupan
di dunia ini pasti berakhiran dengan maut.
Benar Allah di dalam beberapa ayatnya
dengan tegas membuka kesempatan bagi kita supaya selama hidup ini kita berjalan
diatas bumi, mencari rezeki. Benar bahwa Allah telah menyediaan segala sesuatu
bagi manusia. Benar bahwa matahari dan bulan yang bersinar, udara yang dapat
menghantarkan sinyal, dataran terhampar, sungai yang mengalir, lautan yang
terbentang, kapal-kapal berlayar di lautan. Tapi kadang kita lupa bahwa semua
itu disediakan untuk melapangkan jalan kita ke kehidupan yang baik setelah
kematian. Bukan disediakan untuk kemegahan hidupdi dunia yang sangat sempit dan
temponya terbatas.
Lalu kuingat lagi kata guruku, bukan
berarti karena ayat itu orang beriman dan bertakwa tidak boleh kaya, tidak
boleh memiliki rumah yang bagus atau perhiasan yang berkilau, atau mungkin baju
ber-merk. Bukan lah itu yang dilarang.
Kita hanya dipesani untuk mengendalikan
hati.
Jangan sampai hal-hal tersebut mengikat dirii.
Dan kalau kita renungi lagi hakikat dunia
ini, berapakah lamanya kita merasakan enaknya? Sama seperti merasakan greentea
matcha latte di mulut selama 10 detik, kemudian masuk ke tenggorokan dan di
proses di dalam tubuh.
Kira-kira seperti itulah.
With love,
Dinda Hakeem.
With love,
Dinda Hakeem.
No comments:
Post a Comment